Kebersamaan menurut versi saya artinya
tidak sendiri. Tidak sendiri artinya tidak egois. Tidak egois berarti harus
rela berkorban. Terus begitu sampai semuanya berdiri dengan kuat. Sekuat Agung
Hercules.Berbicara mengenai kebersamaan, saya punya banyak cerita yang seru
tentang arti sebuah kebersamaan. Cerita ini merupakan kisah nyata berbalut
komedi saya ketika masih duduk dibangku sekolah. Sekolah itu bernama SMK 1
Kedungwuni. Tepatnya di Jurusan Teknik Pemesinan. Ya..Teknik Pemesinan.
Cerita seru sekaligus unik yang pertama
adalah mengenai julukan atau nama komunitas. Kami mempunyai julukan sendiri
yang ‘KERREN’ layaknya sebuah komunitas yang profesional. Julukan itu bernama
_‘9eMb3L’_ (dibaca = gembel). Iya..benar, gembel. Kedengaranya agak aneh
memang, tapi dengan penuh kepercayadirian kami bangga dengan nama itu. Menurut
teman-teman sekelas saya, Gembel sendiri singkatan dari Gerombolan Mesin
Belangsak. Ada sebagian yang mengatakan kalo Gembel itu Gerombolan Mesin
Beling. Kami semua sepakat dengan nama itu. Namun yang terpenting, nama Gembel
bukan berarti tujuan hidup kita biar jadi gembel beneran. Bukan juga kita
berasal dari kumpulan para gembel. Bukan juga jadi peminta-minta kayak di lampu
merah. Sampai sejauh tulisan ini ditulis, saya juga belum tahu kenapa dulu
namanya gembel. Yang jelas Gembel ini komunitas dari anak-anak mesin. Gembel
ini kalau saya tidak salah taksir, resmi terbentuk pada tahun 2009, bulanya
kurang tau, tanggalnya saya juga kurang tau. Prestasi yang dicapai pun juga
belum ada. Namun apapun itu, yang terpenting nama Gembel sudah terbentuk di
group facebook dg alamat https://www.facebook.com/groups/gemb3L dan juga sudah terbentuk di group BBM
dg nama GEMBEL G ADA MATINYA. Group ini selalu dijadikan sarana komunikasi kami
semua untuk berbagi keluh kesah dari dulu hingga sekarang. Ini nih buktinya.
Cerita berikutnya yaitu mengenai pembuatan kostum futsal. Dari 35
orang anggota di gembel, kebanyakan dari mereka suka sekali dengan yang namanya
futsal. Olahraga yang satu ini memang banyak digemari oleh para kaum adam.
Dengan dasar itulah akhirnya kami sepakat untuk membuat kostum futsal. Singkat
cerita, atas desain oleh teman kami sendiri yaitu saudara Toni Listiyo, kostum
itu terbentuk dengan warna utama merah dan putih. Mungkin ini bertujuan agar
semangat nasionalismenya tinggi. Namun yang mengherankan, di depan dada
kostumnya, yang terbentang adalah tulisan UYAR-UYUR, bukan tulisan GEMBEL.
Mungkin dulu ada perdebatan yang sangat sengit diantara kami semua. Tapi apalah
itu, yang terpenting kostum resmi dibentuk.
Kebersamaan kami itu selalu terjadi baik ketika di dalam sekolah
maupun ketika kami di luar sekolah. Saya masih ingat, dulu waktu pas kita
praktik, kami sering mencari-cari waktu untuk pergi bersama-sama. Tujuan
utamanya yaitu ke kantin sekolah atau kita main-main ke belakang kebun sekolah
untuk mencari kelapa. Ya....benar sekali!! Mencari pohon kelapa.
Saya masih ingat juga ketika jam pelajaran kosong, sering sekali
kita bermain-main nggak jelas, tidur-tiduran di luar kelas, ramai sana-sini
bahkan sampai joged-joged tanpa tujuan.
Dan yang paling saya suka, kebersamaan kita ketika berada di luar
jam sekolah. Sepulang sekolah, hal yang paling sering saya lakukan adalah
nongkrong di dekat taman yang hampir mirip dengan alun-alun. Taman itu namanya
‘bebekan’. Ada juga yang menyebutnya lapangan gemek. Di tempat tongkrongan yang
bernama bebekan itu, kita sering sekali ngeliatin anak-anak SMA pulang sekolah.
Maklum saja, sekolah saya memang berdampingan dengan SMA. Jadi tau sendiri lah
ya kebiasaan anak SMK yang jarang sekali melihat para kaum hawa...hehehe
Kebersamaan yang lainnya adalah kami para gembel sering mengadakan
yang namanya jalan-jalan. Hampir dipastikan minimal sebulan sekali kami selalu
pergi ke tempat-tempat yang dirasa perlu untuk dikunjungi. Kisahnya pun juga
seru-seru. Asyik. Menyenangkan. Kami pernah pergi ke banyak sekali wisata air
terjun. Atau kami lebih biasa menyebutnya dengan curug. Ada curug sodong. Curug
cinde. Sudah si cuma itu!!
Pernah juga kami ke pantai. Pantai blandong di utara Comal, Pantai
di Wonokerto hingga pantai Slamaran di Pekalongan.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya ceritakan. Kayak dulu
kita sering futsal bersama, main PS, berenang hingga mampir ke rumah-rumah
temen sekelas. Namun kisah itu mungkin akan saya jelaskan di lain kesempatan.
Ini
kayaknya pas bolos sekolah
Perjalanan
2 jam lebih jalan kaki. ini nih hasilnya
Awas
burungnya pada mau lepas
Menang
taruhan futsal
Anak
pantai. Yooomann
Kini seiring bertambahnya usia, kebersamaan itupun sudah mulai
menghilang. Semakin dewasa pula kini kami sudah disibukkan dengan kehidupan
masing-masing. Banyak diantara kami ada yang sudah bekerja di beberapa
perusahaan. Ada yang melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Dan ada pula
yang lebih memilih bekerja di daerah sekitar rumah. Kini tak ada lagi yang
namanya canda tawa di kelas. Tak ada lagi yang namanya dimarahi guru. Tak ada
lagi yang namanya mengerjakan PR. Walaupun terkadang kita saling contek satu
sama lain ketika mengerjakanya. Mau-mau tidak mau, kebiasaan itu harus hilang
dengan sendirinya. Kebiasaan kita membolos, kebiasaan kita menjaili guru kimia
dan matematika, kebiasaan kita ke kantin ketika jam pelajaran kosong, kebiasaan
kita nongkrong di depan kelas. Mungkin saya akan selalu ingat masa-masa indah
dulu pas sekolah. Masa-masa kita belajar menggambar, kita disuruh revisi sampai
beberapa kali. Masa kita belajar mengikir permukaan benda kerja yang tak
kunjung rata. Masa dimana kita sampai salah ketika mengebor benda kerja. Masa
dimana kita saling berebutan tempat terlebih dahulu untuk mendapatkan giliran
praktik. Masa dimana benda kerja yang kita buat rusak. Dan masih banyak lagi.
Dari itu semua, ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya.
Belajar untuk lebih menghargai dan menghormati guru. Belajar untuk lebih peduli
ketika teman dalam kesusahan. Belajar untuk mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah. Belajar untuk tau kalau kebersamaan itu mahal harganya. Tak bisa
dinilai dalam bentuk uang. Dan yang terpenting belajar untuk tidak mementingkan
hasil tetapi lebih mengedepankan proses. Karena percayalah, hasil itu tak akan
menghianati proses.
Posting Komentar