Setelah kemaren ngajuin
judul ditolak, akhirnya dengan rasa penuh keputusasaan mau tidak mau saya harus
membuat judul lagi. Peraturanya memang begitu. Siapa saja yang judulnya
ditolak, diharap membuat judul baru sebanyak-banyaknya dan harus bimbingan
langsung dengan si dosen. Mampus. Mati aku!! Harus bimbingan dengan seorang
dosen muda yang gayanya sudah kayak dosen senior. Sok merasa benar sendiri.
Kalau dia bilang A, kita harus mengikutinya. Tapi kalau dia bokerrr, dengan
alasan apapun saya tidak akan mau mengikutinya. Ya iya lah...
Kembali ke masalah judul.
Mikirin buat judul itu kalau menurut saya kayak kita lagi mau nembak seseorang.
Ciee ciee. Kita harus mencari kata-kata yang pas agar bisa diterima. Butuh
kata-kata yang indah agar dia klepek-klepek sama kita. Tapi masalahnya, yang
kita mau ‘tembak’ itu bukan cewek, melainkan dosen yang ‘killer’. Kebayang
nggak jika kita ketemu dosen itu. Masa kita harus bilang ‘Pak aku suka kamu.
Bapak sekarang udah cantikan. Nggak kaya dulu lagi’. Terus si dosen malah jawab
‘Iya, aku juga suka sama kamu. I love you’... ok ok. Lupakan!! Nggak mungkin
kejadian itu bisa terjadi. Yang ada nantinya mata kita akan saling
bertatap-tatapan. Terus mata kita saling nempel.
Akhirnya setelah ngelamun
siang malam. Setelah tirakat tiap hari. Setelah bokerr sambil ngeden ngeden.
Setelah kentut sebanyak 66 kali tiap jam, akhirnya saya mendapatkan pencerahan.
Dengan penuh kemenangan akhirnya saya bisa membuat 6 judul yang nantinya akan
diajuin ke dosen. Berikut ini adalah judul-judulnya.
PENERAPAN MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH TERHADAP KEMAMPUAN MENGUKUR BENDA KERJA BUBUT
KOMPLEKS DAN MEMELIHARA ALAT UKUR MEKANIK PRESISI YANG DIGUNAKAN PADA SISWA
JURUSAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK 1 KEDUNGWUNI
PENGARUH TINGGI RENDAHNYA
TEMPERATUR DAN CEPAT LAMBATNYA PENUANGAN TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGECORAN
MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR
PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK
KERJA INDUSTRI DAN INFORMASI DUNIA KERJA TERHADAP EKSPEKTASI KERJA SISWA KELAS
XII JURUSAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK N 1 KEDUNGWUNI
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN TEKNKI GAMBAR MESIN 3D DENGAN CAD
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN
POTONG, GERAK MAKAN DAN SUDUT PAHAT TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN BENDA KERJA ST
37 HASIL PROSES BUBUT
HUBUNGAN KEKOMPLEKSAN
UKURAN BENDA KERJA BUBUT DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA KOMPETENSI
PRAKTIK PEMESINAN UNTUK SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK N 1 KEDUNGWUNI
Enam judul sudah tercatat
rapi. Saya print. Kemudian diajukanlah judul-judul itu ke si dosen. Ironisnya
ternyata yang bimbingan judul bukan Cuma saya. Jadi saya harus antri layaknya antri
untuk mengambil raskin. Dengan penuh rasa penyesalan, akhirnya saya mendapat
antrean nomer 23. Bimbingan dimulai dari jam tiga sore. Setelah saya kalkulasi,
apabila setiap anak bimbingan judul selama 5 menit, berarti saya harus menunggu
kurang lebih hampir 2 jam. Hadehhh. Pusing pala barbie. Tak apalah. Saya pikir
inilah yang namanya perjuangan.
Satu per satu bimbingan
dimulai. Dan setiap kali setelah keluar bimbingan, raut wajah dan mimik muka
setiap mahasiswa itu berbeda-beda. Ada yang raut wajahnya absurd. Ada juga yang
mimik mukanya berubah memerah. Ada juga yang mukanya absurd dan memerah. Bagi
mereka yang judulnya di ACC berarti mereka sudah mendapatkan golden tiket. Bagi
yang belum, berarti harus mengajukan kembali di lain kesempatan. Tak sedikit
dari mereka yang senyum-senyum kegirangan, terus lari-lari ke halaman layaknya
orang gila yang kena ayan. Namun tak sedikit pula yang memasang muka dengan
penuh kebodohan dan ketololan alias muka memelas.
Jam menunjukan pukul 16.50.
Waktu yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Masuklah saya ke ruang si dosen
dengan membawa selembar kertas berisikan judul. Deg-degan. Nervous.
Kejang-kejang. Gemeteran. Rasanya ingin pura-pura mati saja disitu. Dengan
penuh keberanian akhirnya saya sodorkan selembar kertas itu ke depan si dosen.
Ditataplah judul-judul itu oleh si dosen. Tiba-tiba suasana hening. Sunyi.
Sepi. Setengah menit kemudian si dosen akhirnya mengeluarkan suara.
Tuuuuuutttttt. Bukan-bukan. Kalau itu si suara kentut. Maksudnya si dosen
akhirnya membabat habis judul-judul saya dengan memberi tanda silang di semua
judul. Seketika itu juga saya merasa betapa sakitnya hati saya ketika melihat
kejadian itu terjadi di depan mata kepala saya sendiri. Seandainya saya membawa
martil, ingin rasanya tak lempar ke kepalanya. Seandainya saya bawa kayu, pasti
akan saya pukulkan ke lehernya. Seandainya saya bawa martabak, pasti langsung
saya makanlah. Namanya juga laper. Bukanya saya tanpa perlawanan. Dengan
sedikit kekecewaan yang bercampur dengan keberanian akhirnya saya memutuskan
unuk menanyakan mengapa judul saya ditolak semua. Apakah judul saya terlalu
absurd? Apakah judul saya tidak masuk logika? Apakah judul saya mirip judul
lagu? Entahlah.
Kemudian dijawablah
pertanyaan saya dengan santai oleh si dosen. Kira-kira beginilah komentarnya :
1. Judul kamu itu menggunakan media flash. Media flash itu sudah
terlalu biasa. Kamu kan jurnalnya harus internasional. Jadi misalkan
menggunakanya flash, itu sudah sangat biasa sekali.
2. Untuk pengecoran logam sudah terlalu banyak mas. Temanmu dari
kemaren sudah ada beberapa yang mengajukan pengecoran. Jadi belum dulu ya.
3. Sebenarnya ini sudah hampir bagus. Tapi belum dulu ya. Variabelnya
masih terlalu biasa.
4. Jangan yang model pembelajaran lah mas. Sudah banyak juga yang
mengajukan model pembelajaran. Belum dulu ya.
5. Ini kemaren sudah ada yang mengajukan mas. Kenapa diajukan lagi.
Untuk yang ini tidak lah.
6. Kata-katamu itu kok sulit dicerna. Masih perlu diperbaiki. Masih
terlalu biasa juga.
Begitulah kira-kira jawaban
yang cukup menyakitkan. Alasanya kebanyakan sama semua. Masih terlalu biasa.
Sudah banyak dan bla bla bla....Intinya menurut saya, si dosen ingin sedikit
mempersulit mahasiswanya. Akhirnya mau tidak mau keputusan itu tidak bisa diganggu
gugat. Sempat kepikiran saya ingin mengajukan banding. Namun sia-sia. Ini bukan
pengadilan. Ini juga perkara kriminal maupun perkara KUHP.
Judulku ditolak lagi.
Keberuntungan belum berpihak padaku. Nasib. Ironi. Judul ohhh judul. Apakah aku
kurang kasih sayang padamu. Apakah engkau tidak mau kupinang dengan inalillah.
Stress.
Akhirnya setelah hampir
sepuluh menit di ruangan dosen, sayapun keluar dengan penuh penyesalan tanpa
membawa golden tiket. Teman-teman diluar memandangiku dengan penuh rasa iba
seolah-olah saya itu seperti orang yang baru saja menjadi korban perkosaan.